Rasionalitas Teknologi dan Desublimasi Represif Kritik atas Masyarakat Modern

Desublimasi Opini

Dilatarbelakangi oleh kegelisahan di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan yang telah tersihir oleh daya magis kekuatan kapitalisme digital. Menjadi renungan, betapa saat ini kita dihadapkan pada kehidupan digital dan dampak perilaku masyarakatnya.

Kita telah menyaksikan bagaimana proses digitalisasi yang masif telah merobek sisi kemanusiaan kita, dan hampir tergantikan oleh sistem yang semuanya diatur oleh sistem kapitalis yang konsumeristik, yang fokus untuk menciptakan produktivitas yang tinggi dan standar hidup yang lebih baik.

Namun demikian alih-alih menciptakan kehidupan yang lebih baik, ternyata teknologi yang dikatakan maju hanya memberikan “kebebasan palsu”, meminjam perspektif Marcuse (Gultom, 2020), bahwa manusia dalam masyarakat kapitalis yang maju tidaklah bebas, tetapi terkekang dan terkendali.

Masyarakat modern secara intelektual dan psikologis merasa nyaman dalam ketergantungan pada pengaruh masyarakat konsumeristik. Marcuse menyebut ketergantungan ini sebagai “desublimasi represif”.

Masyarakat industri maju menciptakan kebutuhan palsu melalui media iklan yang mengikat individu dalam sistem produksi dan konsumsi. Lalu bagaimana iklan yang masif dan menjangkau seluruh media massa dan media sosial telah menghujam kita tanpa memberikan sedikitpun waktu dan ruang kita untuk biasa berpikir kritis.

Gambaran dunia digital yang begitu terkooptasi oleh kepentingan ekonomi telah membentuk keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya cenderung tak pernah terpuaskan, sehingga mendorong masyarakat konsumen untuk mengonsumsi melebihi kebutuhan sebenarnya.

Individu dalam masyarakat industri maju kehilangan dimensi batin mereka, yaitu kekuatan kritis akal atau pikiran. Teknologi sebagai alat produksi menciptakan surplus barang, yang kemudian dimanipulasi dan diindoktrinasi sebagai kebutuhan penting bagi individu dalam masyarakat industri maju. Padahal, kebutuhan ini sebenarnya adalah kebutuhan palsu yang diterapkan pada individu agar produksi terus berlanjut.

Pemikirannya tentang masyarakat kapitalis yang maju sebagai manusia yang tidak bebas, terkekang, dan terkendali, serta ketergantungan pada pengaruh masyarakat konsumeristik, masih relevan dalam konteks modern. Penjelasan dalam Marcuse (1991), berhasil mengungkap sisi gelap modernitas dan permasalahan yang masih ada saat ini.

Pemikirannya tetap aktual karena perkembangan teknologi yang dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk memenuhi keinginan mereka, yang mengakibatkan dominasi kelompok tertentu terhadap masyarakat lainnya. Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan demi kepentingan akumulasi modal.

Lalu, kehadiran kitapun sebagai akademisi yang dapat dikatakan spiritual dipertanyakan. Sudah dan dapatkah kita memberikan kontribusi dan kesejukan di era dunia sebagai ekosistem digital yang semua diukur secara ekonomi, yang menghilangkan rasa sensitifitas kita dan hidup dalam ketidaksadaran. Seakan-akan sadar, namun kenyataannnya ada yang banyak terlupakan. Mungkin dapat kita renungkan dengan semangat kearifan sehingga dapat menyentuh “rasa’ kemanusiaan yang fundamental.

Ide dan gagasan Herbert Marcuse (Marcuse 1991), Salah satu karya penting Herbert Marcuse yang berjudul “One Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society” adalah tentang kritik masyarakat modern, terutama masyarakat teknologi, yang dianggap manipulatif.

Penjelasan Marcuse, mengenai kebebasan berpikir, berbicara, dan bertindak memiliki peran penting dalam menggantikan kebudayaan yang ketinggalan dengan kebudayaan yang lebih produktif. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, kemerdekaan berpikir, otonomi, dan hak untuk melakukan oposisi politik kehilangan fungsi kritisnya dalam masyarakat.

Masyarakat teknologi cenderung lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan individu, yang pada akhirnya mengarah pada penerimaan terhadap status quo dan melemahkan kritik sosial. Sehingga proses teknologis sebagai bentuk mekanisasi yang mengendalikan dan memanipulasi masyarakat modern.

Sehingga, dipahami bahwa perkembangan teknologi dapat menyebabkan masyarakat modern menjadi “manusia satu dimensi” (Marcuse. 1991). Meskipun individu merasa bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, sebenarnya kebutuhan-kebutuhan tersebut telah dimanipulasi oleh “rasionalitas teknologis” yang sesuai dengan tuntutan efisiensi sistem kapitalis. Marcuse bahkan menggambarkan masyarakat industri kontemporer sebagai totaliter, karena manipulasi kebutuhan melalui kepentingan yang tersembunyi, yang menghalangi timbulnya oposisi yang efektif terhadap sistem secara keseluruhan.

Sebagai penutup dari sedikit narasi tentang “kegelisahan” diri dalam kehidupan digital, hendaknya kita kembali kepada tugas dan keberadaan kita serta membangun kesadaran bahwa dunia konsumerisme tidak akan dapat mendamaikan hati. Meminjam kata-kata KH Ahmad Dahlan; “Orang Islam sejati adalah yang tetap berdiri pada tempat yang benar meskipun dunia dalam keadaan kacau.”

https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/