Mengubah Paradigma Sekolah: Menuju Ruang Aman bagi Guru dan Siswa

Mengubah Paradigma Sekolah: Menuju Ruang Aman bagi Guru dan Siswa

Pada tahun 2023 silam, Universitas Muhammadiyah Jakarta berkolaborasi dengan Yayasan Attaqwa – Bekasi, Daya Riset Advokasi Perempuan dan Anak di Indonesia, dan Atiqoh Noer Alie Center, atas dukungan penuh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui skema Program Dana Padanan 2023, mengadakan pendampingan bagi 60 pondok pesantren, madrasah dan sekolah yang bernaung di bawah Perguruan Attaqwa. Tulisan ini adalah catatan pembelajaran sekaligus refleksi kritis sepanjang program tersebut.

Kegiatan ini dimulai dari satu pertanyaan fundamental: bagaimana mengubah paradigma sekolah menjadi #RuangAman untuk semua? Sekolah adalah institusi yang tidak hanya bertanggung jawab dalam mentransfer pengetahuan kepada generasi muda, tetapi juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter, moral, dan kesejahteraan psikologis siswa. Agar sekolah dapat berfungsi secara optimal, sangat penting untuk mengubah paradigma sekolah menjadi ruang yang aman, baik bagi guru maupun siswa. Tulisan ini membahas bagaimana mengubah paradigma sekolah menjadi ruang aman, mengapa sekolah harus menjadi ruang aman, dan apa manfaat perlindungan guru dan siswa dari kekerasan di sekolah.

Permendikbud 82/2015 membuka diskursus tentang pentingnya sekolah menjadi ruang aman. Persoalannya adalah, regulasi tersebut hanya mengatur tindakan dianggap kekerasan jika korbannya adalah siswa. Di samping itu, regulasi tidak mengatur secara tegas bentuk-bentuknya. Regulasi paling awal yang mengatur bentuk kekerasan, secara spesifik kekerasan seksual, adalah Permendikbud 30/21. Bahkan boleh dibilang, Permendikbud ini memicu lahirnya Permendikbud 46/2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan.

Tantangan utama Permendikbud 46/2023 adalah mendorong perubahan paradigma satuan pendidikan, dari sebatas wahana pembelajaran menjadi ruang aman bagi semua orang. Permendikbud ini lebih luas cakupannya dibandingkan Permendikbud 82/2015, dengan memasukkan unsur siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan warga sekolah lain sebagai cakupan perlindungan, dan lebih mendetail terkait bentuk-bentuk kekerasan.

Merespon Permendikbud ini, Tim MF dan Yayasan Attaqwa segera menyusun dan mengesahkan Peraturan Perguruan Attaqwa 3/2023 tentang Pesantren/Madrasah/Sekolah Merdeka dari Kekerasan. Tim bahkan bergerak lebih jauh dengan menyusun SOP-SOP terkait, dimulai dari pencegahan, penanganan, dukungan psikologis awal, penerimaan laporan, tindaklanjut laporan, rekomendasi, pengawasan, dan evaluasi.

Seluruh regulasi ini bertujuan untuk untuk mengubah paradigma sekolah dari fokus hanya pada aspek akademis menjadi pendidikan holistik. Ini mencakup perhatian terhadap aspek psikologis, emosional, dan sosial siswa. Program-program pembelajaran dirancang untuk memahami kebutuhan individu siswa dan mengembangkan keterampilan interpersonal serta emosional mereka, sekaligus memberikan payung hukum atas perlindungan semua unsur sekolah dari tindak kekerasan.

Dalam proses pendampingan, kami menyadari penting pula membangun keterlibatan positif antara guru, siswa, dan orangtua adalah kunci untuk menciptakan ruang aman di sekolah. Guru perlu melibatkan siswa dalam pembelajaran, mendengarkan mereka, dan memberikan dukungan ketika diperlukan. Hal ini menciptakan hubungan yang positif dan membangun kepercayaan di antara anggota komunitas sekolah. Guru dan siswa berperan tidak hanya dalam transfer pengetahuan, namun juga menjadi early warning system untuk pencegahan tindak kekerasan dan early supporting system bagi korban tindak kekerasan.

Mengembangkan Program Anti-Bullying dan Anti-Kekerasan harus menjadi fokus serius. Kekerasan di sekolah dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan merugikan bagi guru dan siswa. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan program anti-bullying dan anti-kekerasan yang efektif. Hal ini mencakup kampanye penyuluhan, workshop untuk mengajarkan keterampilan sosial, dan prosedur penanganan kasus kekerasan yang jelas. Di sisi lain, sistem penghargaan positif dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong perilaku yang baik di sekolah. Memberikan penghargaan untuk prestasi akademis, keterampilan sosial, atau kontribusi positif lainnya dapat memotivasi siswa dan menciptakan iklim positif di sekolah.

Sekolah harus menyediakan program dukungan kesehatan mental untuk guru dan siswa. Program ini dapat mencakup konseling, seminar kesehatan mental, dan dukungan psikologis untuk membantu mengatasi tekanan dan stres yang mungkin timbul di lingkungan sekolah. Pendidikan kesadaran emosional harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. Guru perlu memfasilitasi pembelajaran tentang pengelolaan emosi, penyelesaian konflik, dan komunikasi yang efektif. Dengan memberikan siswa keterampilan ini, mereka dapat lebih baik mengelola stres dan konflik di dalam dan di luar lingkungan sekolah.

 

Mengapa Sekolah Harus Menjadi Ruang Aman?

Pertama, pentingnya lingkungan belajar yang positif. Lingkungan belajar yang positif sangat penting untuk menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan akademis dan sosial siswa. Jika siswa merasa aman dan didukung, mereka cenderung lebih berpartisipasi dalam pembelajaran dan berkembang secara holistik.

Kedua, membangun kepercayaan dan keterlibatan orangtua. Sekolah yang dianggap sebagai ruang aman akan membangun kepercayaan orangtua terhadap institusi pendidikan. Orangtua akan lebih cenderung terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka, bekerja sama dengan guru, dan mendukung upaya sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif.

Ketiga, peningkatan kesejahteraan psikologis guru dan siswa. Lingkungan yang aman dapat memberikan perlindungan bagi kesejahteraan psikologis guru dan siswa. Guru yang merasa didukung dan aman di tempat kerja cenderung lebih bersemangat dan efektif dalam mengajar. Siswa yang merasa aman di sekolah akan mengalami peningkatan kesejahteraan mental dan emosional.

Keempat, mendorong inovasi dan kreativitas. Lingkungan yang aman dan positif juga menciptakan kondisi yang mendukung inovasi dan kreativitas. Guru dan siswa merasa lebih nyaman untuk berpikir kreatif, mengajukan pertanyaan, dan mencoba pendekatan baru dalam pembelajaran. Hal ini dapat menghasilkan proses pembelajaran yang lebih dinamis dan bermakna.

Kelima, pemberdayaan siswa untuk menjadi individu yang tangguh. Sekolah yang aman memberdayakan siswa untuk menjadi individu yang tangguh. Mereka dapat mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan ketahanan mental yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di dalam dan di luar sekolah. Hal ini membantu menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi kehidupan.

 

Apa Manfaat Perlindungan Guru dan Siswa dari Kekerasan di Sekolah?

Perlindungan dari kekerasan di sekolah memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental dan fisik guru dan siswa. Guru yang tidak terkena tekanan dan stres yang disebabkan oleh kekerasan dapat lebih fokus pada tugas mengajar dan mendukung perkembangan siswa. Siswa yang terlindungi dari kekerasan cenderung mengalami tingkat stres yang lebih rendah, meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Lingkungan yang bebas dari kekerasan menciptakan kondisi yang mendukung produktivitas dan kinerja akademis. Guru dapat mengajar dengan efektif, dan siswa dapat belajar tanpa gangguan atau rasa takut. Hal ini berkontribusi pada peningkatan prestasi akademis dan perkembangan keterampilan belajar siswa.

Perlindungan dari kekerasan membantu membangun hubungan yang positif dan kolaboratif antara guru, siswa, dan orangtua. Ketika semua anggota komunitas sekolah merasa aman dan dihargai, mereka cenderung bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan bersama.

Guru yang merasa aman di tempat kerja lebih mungkin untuk aktif berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, program ekstrakurikuler, dan kegiatan sekolah lainnya. Siswa yang terlindungi dari kekerasan cenderung lebih bersemangat untuk terlibat dalam kegiatan sekolah, menciptakan lingkungan yang dinamis dan hidup.

Lingkungan yang aman di sekolah membentuk individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Siswa yang merasa aman dan didukung cenderung mengembangkan nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap teman-teman mereka.

Perlindungan dari kekerasan juga membantu mengurangi jangkauan pengaruh negatif yang dapat memengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan yang aman memberikan perlindungan terhadap tekanan teman sebaya, intimidasi, dan pengaruh buruk lainnya yang dapat merugikan perkembangan sosial dan psikologis siswa.

 

Mengatasi tantangan ke depan

Tantangan utama dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah dapat bervariasi tergantung pada konteks dan faktor-faktor lokal, tetapi beberapa tantangan umum seperti kurangnya kesadaran di lingkungan sekolah. Beberapa orang mungkin tidak menyadari tingkat kekerasan di sekolah atau mungkin kurang memahami cara-cara untuk mencegahnya. Terbatasnya upaya pendampingan dan penguatan kelembagaan dapat menyebabkan kurangnya kesadaran tentang bentuk dan perilaku kekerasan dan strategi pencegahan.

Ada juga persoalan budaya kekerasan di masyarakat atau di antara siswa dapat menciptakan lingkungan di mana kekerasan lebih mungkin terjadi. Mengubah budaya sekolah menjadi lebih inklusif dan aman bisa menjadi tantangan. Tantangan juga dapat muncul dalam mengatasi diskriminasi dan intoleransi di sekolah. Perlunya menciptakan lingkungan yang menerima perbedaan dan memerangi prasangka mungkin menjadi suatu hambatan. Pengaruh media sosial dan teknologi dapat memperumit dinamika kekerasan di antara siswa, tantangan melibatkan pemahaman dan penanganan terhadap kekerasan yang terjadi di dunia maya.

Kebijakan dan peraturan yang tidak jelas atau tidak konsisten dapat menyulitkan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah. Sekolah dengan sumber daya yang terbatas mungkin kesulitan untuk menyediakan program pencegahan dan dukungan yang memadai. Ini bisa mencakup dukungan konselor, pelatihan staf, dan sumber daya lainnya. Selain itu, penting bagi sekolah untuk memastikan keterlibatan orangtua dan masyarakat dalam pencegahan kekerasan sering kali menjadi faktor kunci. Tantangan mungkin muncul jika tidak ada dukungan atau partisipasi yang memadai dari pihak-pihak ini.

 

Jadi apa yang harus dilakukan?

Mengubah paradigma sekolah menjadi ruang aman bagi guru dan siswa bukan hanya suatu keharusan moral, tetapi juga investasi dalam masa depan masyarakat. Dengan fokus pada pendidikan holistik, keterlibatan positif, program anti-bullying, dan perlindungan dari kekerasan, sekolah dapat menjadi tempat yang mendukung perkembangan penuh potensi setiap individu. Manfaat perlindungan guru dan siswa dari kekerasan di sekolah mencakup peningkatan kesejahteraan mental, produktivitas, kinerja akademis, serta pembentukan individu yang bertanggung jawab dan peduli.

Dengan upaya bersama dari semua stakeholder pendidikan, kita dapat menciptakan ruang aman di sekolah yang tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan memberdayakan generasi mendatang.

https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/