Peluang Yang Melayang, Menggugat Tindakan Shin Tae-yong Dalam Menghadapi Krisis

opini Peluang Yang Melayang,

Catatan kritis terhadap kegagalan Indonesia menjuarai Piala AFF – U23 /2023

Keberadaan  Shin Tae-yong sebagai pelatih tim nasional sepakbola Indonesia memberikan harapan besar terjadinya revolusi sepakbola Indonesia. Sosok dibalik suksesnya klub Seongnam Ilhwa Chunma meraih Piala Champion Asia tahun 2010 dan pelatih Timnas Korea Selatan dalam perhelatan piala dunia tahun 2018, sangat dinanti masyarakat sepakbola nasional. STY didapuk untuk menangani tim nasional pada tingkat elite senior, U-22 dan U-20. Namun dalam perjalanan tiga tahun sejak kepercayaan diberikan sepenuhnya, STY belum bisa mempersembahkan gelar juara sama sekali. Memang tidak mudah menukangi sepakbola Indonesia yang dalam pandangan sebagian pihak, bagaikan benang kusut. Bahkan ada yang beranggapan bagaikan menegakkan benang basah dan bagaikan menghadapi tembok beton yang menjulang tinggi.

Ditengah badai organisasi yang menimpa PSSI sehubungan dengan Tragedi Kanjuruhan pada hari pertama di bulan Oktober 2022, STY menjanjikan peristiwa memilukan itu sebagai lecutan dirinya membawa timnas meraih juara Piala AFF 2022. STY sepenuhnya sadar, target tersebut sangat berat, ditandai Indonesia belum pernah menduduki singgasana juara sekalipun telah menggapai babak final dalam lima kesempatan sebelumnya. Dengan janji tersebut, jajaran elit PSSI hasil Kongres Luar Biasa medio Februari 2023, meneruskan kontak STY guna keberlangsungan kepelatihan. Bahkan Erick Thohir, Ketua Umum PSSI Terpilih, memperpanjang kontrak STY agar paripurna dalam menghadapi event akbar Piala Asia. Sejatinya kontrak STY dengan Ketua Umum PSSI Mochamad “Iwan Bule” Setiawan selama empat tahun, 31 Desember 2019 sampai dengan 31 Desember 2023. Dalam perjalanannya, Erick  “E-Tho” Thohir dengan bijak melanjutkan kontark tersebut; bahkan menambahnya dengan kurun waktu dua bulan agar paripurna dalam menghadapi Piala Asia yang akan diselenggarakan pada Januari 2024, sekaligus sebagai ajang kualifikasi Piala Dunia 2024.

Seiring dengan perjalanan menembus target yang dicanangkan, STY melakukan pelatihan yang spartan. Dimulai dari pemilihan pemain, sampai dengan pembinaan komprehensif. Program latihan meliputi latihan fisik, teknik, taktik strategi dan mental, dilengkapi dengan gizi dan pola hidup layaknya sosok juara. Kesemua itu dilakukan dengan pemusatan latihan di dalam maupun luar negeri, dilengkapi dengan uji coba dengan beragam tim yang berkualitas setara dan lebih tinggi.

Ditengah kemajuan dan peningkatan timnas yang ditangani oleh STY dan jajaran kepelatihannya, publik sangat berharap pada hasil kuanititatif yang nyata dan mudah dirasa. Juara merupakan indikator sederhana yang dinanti oleh sebuah tim yang ditangani oleh sosok pelatih ternama. Apapun event nya.  Aspek fisik, teknik, taktik strategi dan mental para pemain yang meningkat secara signifikan, oleh masyarakat dinilai “hanya” sebagai variabel kualitatif.  Menjadi yang terbaik pada kejuaraan di kawasan regional Asia Tenggara menjadi pelepas dahaga pecinta sepakbola nasional.  Ini yang belum diraih oleh STY.

Dalam kurun waktu kontrak STY,  timnas U16 yang ditangani oleh Bima Sakti dan  berhasil meraih Juara AFF tahun 2022. Staff kepelatihan timnas U-16 dipenuhi jajaran dalam negeri. Bima Sakti sebagai pelatih kepala, didukung  oleh Indriyanto Nugroho (asisten Pelatih Kepala), Firmansyah (Pelatih Pertahanan), Markus Horison (Pelatih Kiper). Mereka  mampu mengusir dahaga juara timnas yang dinanti oleh bangsa yang besar ini. Keberhasilan itu merupakan pengulangan keberhasilan ketika timnas U16 menjuarai Piala AFF tahun 2018. Kala itu timnas U16 ditangani oleh Fakhri Husaini. Tagline “Produk LOKAL, prestasi INTERNASIONAL” sempat menjadi buah bibir yang memenuhi jagat sosial media.

Teranyar, timnas U-22 yang ditangani oleh Indra Syafri menjadi Juara SEA Games – Cambodia pada pertandingan pamungkas 16 Mei 2023. Tidak main-main, lawan yang dilibas adalah tim Changsuek alias Gajah Putih, Thailand, yang sering menjadi momok timnas Indonesia di berbagai event. Indra Syafrie didampingi oleh para asisten pelatih Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto dan Eko Purdjianto, dan Sahari Gultom sebagai pelatih kiper, serta Alex Aldha Yudi sebagai pelatih fisik.  Puasa gelar juara SEA Games selama 32 tahun, berhasil diputus oleh pasukan merah putih yang ditangani oleh Indra Syafri dan kawan=kawan. Sekalipun tidak ada tagline keberhasilan pelatih lokal, tidak ayal keberhasilan tersebut menggugah keberadaan kapasitas pelatih lokal yang mumpuni.

Tidak dipungkiri, tak ada keberhasilan yang dihasilkan dari faktor tunggal. Asimilasi  beragam sosok dan faktor memberikan sumbangsih dalam upaya menggapai tujuan dan hasil. Selama berlangsung proses pembinaan, semua variabel terkait memberi arti dan peran. Keberhasilan timnas U16 dan timnas U22 yang menjadi kampiun di kawasan Asia Tenggara, tidak lepas dari atmosfir pembinaan selama STY diberi tugas menangani timnas. Beberapa sosok pelatih dan asisten pelatih di kedua tim yang juara,  memiliki hubungan kerja yang baik dengan STY. Indra Syafri sebagai Direktur Teknik PSSI. Bima Sakti dan para asisten pernah mendampingi STY dalam berbagai kesempatan pelatihan.  

Namun demikian, tetap saja keberadaan pelatih kepala yang menangani sebuah timnas, menjadi sosok yang paling dilihat kinerjanya, baik pada saat berhasil atau ketika gagal menjadi juara. Hal tersebut merupakan kewajaran karena pelatih kepala-lah yang menjadi figur sentral ketika kontrak kerja disetujui. Pelatih kepala, pada umumnya, membawa dan memilih para asisten dan staff pendukungnya. Selain itu, pelatih kepala dihadapkan dengan target yang ingin dicapai oleh organisasi dan masyarakat sepakbola, baik masyarakat pecinta sepakbola, masyarakat peduli sepakbola, maupun masyarakat pemerhati sepakbola. Keberhasilan menjadi juara akan mengangkat reputasi pelatih kepala. Sebaliknya, kegagalan meraih trophy utama akan mengakibatkan gugatan kinerja sang pelatih kepala.


Sense of Crisis

Pada momentum Piala AFF U-23  di Rayong, Thailand, STY gagal membawa timnas untuk meraih juara. Ironisnya, kegagalan tersebut justru karena “kelalaian” STY mengelola peluang emas yang dimilikinya. Keputusan Ernando Ari menjadi penendang penalty dan gagal menjadi gol patut menjadi pertanyaan besar yang menggugat kapasitas STY dalam suasana kritis. Seorang pemimpin, patut tetap taktis dan penuh perhitungan ditengah situasi dan kondisi yang terjadi. Sense Of Crisis seorang  akan terlihat pada saat menghadapi situasi “genting”  dengan melakukan tindakan tepat sasaran, lugas dan tangkas. Dengan kata lain, sense of crisis merupakan kepekaan dan kesiapsiagaan yang telah direncanakan dengan baik pada masa sebelumnya.   

Sempat tersendat dengan kalah 1 – 2 pada pertandingan awal melawan Malaysia dan hanya menang 1 – 0 melawan Timor Leste. Pada saat ini, beberapa pihak mulai mencari dalih dan mengalihkan target. Jajaran teras PSSI ada yang mengatakan target timnas adalah pada Piala Asia 2023. Piala AFF hanya sasaran antara. Seolah pada saat itu ada upaya untuk mencari dalih atas kegagalan yang akan dialami. Kemenangan Vietnam atas Philipina, menempatkan Indonesia sebagai runner up group terbaik dan berhak melaju ke babak semifinal. Seiring dengan hidupnya peluang Indonesia menembus semifinal, merubah kembali pandangan pesimis para petinggi PSSI dan berharap bisa menjuarai Pala AFF 2023.  Harapan semakin membesar, ketika timnas Indonesia melibas Thailand dengan skor meyakinkan, 3-1. Perlu diingat, Thailand bertindak selaku tuan rumah. Hasil pertandingan yang sangat jarang terjadi, Indonesia mengalahkan Thailand di kandangnya. Bahkan timnas negara Asia Tenggara lainnya pun jarang bisa meraih kemenangan, jika bertandang.  Dominasi permainan punggawa nasional sangat bagus, baik saat pertahanan maupun penyerangan. Tiga gol memasukkan berbanding satu gol kemasukan yang kesemuanya terjadi pada babak pertama, mencerminkan solidnya barisan pertahanan Garuda Muda.

Hasil yang dicapai pada babak semi final menggugah kegairahan para pemain, official dan pendukung. Rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap pemain menggugah keinginan semua pecinta sepakbola merasakan kembali tim kesayangannya meraih puncak, seperti halnya saat di SEA Games. Pertandingan final melawan Vietnam berjalan seimbang dan saling menyerang. Kedua tim berupaya menata pertahanan yang  kokoh diiringi penyerangan yang dirancang untuk menghasilkan gol. Selama 2 x 45 menit, saling serang dan saling bertahan yang dilakukan silih berganti, tidak menghasilkan gol. Pada masa ini, kepiawaian Ernando Ari, sang kiper sangat mencolok. Banyak peluang tim The Golden Star Warriors, julukan bagi squad Vietnam, yang kandas ditangan Ernando. Bahkan pinalti yang diberikan oleh wasit, bisa dibendung dan ditepis oleh kiper dengan tiga caps di timnas senior itu. Begitu pula pada babak tambahan 2 x 15 menit, kedudukan kacamata tidak berubah sampai sang pengadil di lapangan hijau meniupkan peluit akhir.

Kelanjutan penentuan juara dilakukan melalui adu penalti. Segenap tenaga telah terkuras pada permainan sepanjang 120 menit ditambah injury time. Tenaga yang dimiliki pemain  pada saat pertandingan utama berakhir masih harus digunakan untuk menunaikan tugas berat. Tendangan Penalti. Tekanan psikologis lebih terasa menyedot deposit energi yang tersisa. Pemain dituntut untuk tetap fokus pada pertandingan yang akan usai dan menentukan kedudukan akhir. Pada periode ini, para penonton menempatkan pemain bagaikan manusia yang tidak boleh kehilangan determinasi dalam melaksanakan tugas dan peran sebagai eksekutor. Melakukan tendangan saat adu penalti menjadi bagian integral pemain sepakbola, apapun posisinya. Sekalipun dalam tekanan psikologis yang besar, lima pemain yang ditugaskan oleh pelatih masing-masing dapat melakukan tugasnya dengan baik. Skor 5 – 5 mencerminkan kesepuluh pemain tersebut sempurna melakukan tugasnya. Hampir semua dari sepuluh pemain itu melakukan tendangan penalti setelah bermain lebih 120 menit.

“Keanehan” tampak terlihat pada saat tendangan penalti keenam akan dilakukan. Pemain timnas Indonesia yang mendapat giliran lebih dulu, tidak ada yang bergerak dari lingkaran tengah ke kotak penalti. Malah justru sang kiper Garuda Muda mendekatkan diri dan memegang si kulit bundar di sekitar titik penalti. Sementara kiper Vietnam menempatkan diri di garis gawang yang berada diantara tiang gawang. Ernando Ari Sutaryadi menjadi eksekutor penalti keenam bagi timnas Merah Putih. Seperti halnya kebanyakan orang, ketika pemain dari tim yang didukungnya melakukan penalti berbaur rasa di benaknya. Waswas, cemas dan penuh harap. Waswas dan cemas pemain tidak dapat membuat gol. Penuh harap, tendangan pemain akan melewati garis dan menyentuh jaring gawang yang dijaga kiper lawan.  Kekhawatiran pendukung timnas Indonesia ternyata terjadi. Tendangan Ernando terbaca oleh Quan van Chuan, kiper Vietnam, dan gagal menjadi gol. Sementara penendang keenam Vietnam sukses menjadi penentu gol juara. Sejatinya, bukanlah larangan bagi seorang kiper untuk menjadi eksekutir pada adu tendangan penalti. Pada umumnya, kiper ditunjuk menjadi penendang penalti pada urutan terakhir atau penendang kesebelas. Itu terjadi  ketika skor terus berimbang sekalipun semua pemain telah melakukan tendangan. Memang ada kiper yang memiliki kemampuan menendang penalti atau tendangan bebas dan menghasilkan gol. Jose Chilavert , kiper timnas Paraguay, masuk kelompok ini. Sepanjang karirnya, Chilavert mengemas 67 gol, baik dari tendangan bebas maupun dari tendangan penalti. Kiper yang paling banyak mencetak gol yang lebih banyak dari  Chilavert adalah Rogerio Ceni, penjaga gawang asal Brasil yang mengemas 100 gol.

Kegairahan, Ketegangan, Kecemasan dan Penampilan

            Erick Thohir memberikan apresiasi dan pujian kepada Ernando, dengan melihat berbagai penyelamatan gawang timnas dari gempuran lawan, baik saat final maupun pertandingan sebelumnya. Sementara STY mengemukakan dalih bahwa ketersediaan pemain yang minim dan kesediaan Ernando menjadi eksekutor. Kegagalan Ernando tidak luput dari kesediaan menjadi penendang penalti, ditengah keterbatasan pemain yang bersedia, berbaur dengan kegairahan yang dimilikinya.  Kegairahan (Arousal)  yang tinggi dalam diri saat atlet ingin meraih hasil puncak beriringan dengan ketegangan yang besar pula. Weinberg (2007) menyatakan kegairahan adalah gabungan aktifitas fisiologis dan psikologis, yang mengakibatkan peningkatan kerja syaraf simpatik dalam menghasilkan hormone adrenalin. Lawan dan penonton merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi hypothalamus dalam melakukan aktivasi sebagai bentuk menghadapi suatu keadaan. Sementara itu, motivasi merupakan faktor internal  tubuh dalam menghadapi dan merespon situasi.  Saat hormon adrenalin diproduksi, seseorang akan  merasakan detak jantung meningkat tajam dan berdebar-debar. Sampai batas tertentu, reaksi fisiologis dan psikologis tersebut diperlukan oleh seorang atlet pada saat menghadapi pertandingan. Dengan demikian kegairahan berfungsi sebagai kesiapan mental dalam menghadapi pertandingan, termasuk moment tendangan penalti. Namun demikian, kegairahan tersebut harus dalam kendali, agar ada pada porsi yang optimal dan berefek positif terhadap penampilan. Kegairahan yang kurang, akan berdampak pada penampilan yang kurang greget. Sementara kegairahan yang berlebihan, dapat berefek negatif dengan munculnya ketegangan dan kecemasan.Teori U Terbalik  (invented U) menggambarkan kegairahan pada tingkat proporsional akan memberi dampak positif terhadap penampilan yang baik. Sebaliknya, kegairahan yang rendah maupun tinggi akan berdampak negatif pada penampilan atlet.

Kegairahan dan kecemasan sangat dinamis. Pada suatu waktu, kecemasan dapat memicu terbangunnya  kegairahan. Namun pada keadaan kegairahan yang berlebihan akan memicu bertambahnya kecemasan. Kompleksitas kegairahan dan kecemasan semakin bertambah karena sepanjang pertandingan atlet dituntut untuk dapat fokus dan konsentrasi pada beragam momen yang terjadi dan akan terjadi. Fokus dan konsentrasi atlet merupakan cerminan bahwa atlet selalu berfikir keras, tak boleh lengah dan tak kenal lelah. Dalam konteks adu penalty final piala AFF U-23 tahun 2023, Ernando senantiasa berfikir keras dalam berupaya menghalau tendangan lawan. Hal itu terjadi, baik pada saat berada di bawah mistar gawang saat menghadapi tendangan penalti lawan, maupun saat sang kiper berada diluar kotak penalti saat rekannya menendang penalti. Dengan kata lain, Ernando berfikir keras yang menyita energy sepanjang tendangan penalty dilakukan oleh lawannya maupun temannya. Disinilah letak simpul yang patut diperhatikan oleh STY. Terlepas dari kesediaan Ernando menjadi eksekutor ditengah pemain lain (yang kabarnya) enggan untuk menjadi penendang penalty. Ditambah lagi, sebagai penendang penalti, beban psikologis jauh lebih tinggi dibandingkan sebagai kiper. Pada kasus ini, Ernando merasakan dua peran yang antagonis dalam sebuah momentuim yang berhimpitan.

Pada keadaan itulah, selayaknya STY patut mengambil sikap tegas untuk menunjuk pemain lain sebagai eksekutor. STY yang berpengalaman sebagai pemain dan pelatih yang berhasil pada masanya, patut mewaspadai dan mencermati kegairahan berlebihan yang muncul pada setiap pemain. Dengan mata elang yang tajam, STY yang berpengalaman sebagai pelatih di berbagai kesebelasan ternama di Asia, layak bertindak tenang dan cermat dalam melakukan langkah dan mengambil keputusan yang jitu.  Sayangnya, momentum itu terlewat dan terabaikan. Apalagi dengan pemberian kartu kuning kepada STY karena beberapa kali melakukan protes keras yang dinilai wasit terlalu berlebihan. Peluang yang ada didepan mata, sirna dan melayang. STY belum berhasil mempersembahkan trophy juara dari tim yang ditanganinya secara langsung.

Tanpa  bermaksud membandingkan karakter dan kepribadian STY dengan pelatih lainnya, namun tindakan dan perilaku Indra Syafri saat akhir babak kedua final SEA Games 2023 dapat dijadikan referensi. Dalam keadaan tim nya unggul dan pertandingan tinggal berlangsung dalam hitungan detik, ternyata kemenangan yang sudah ada didepan mata menjadi sirna karena pemain lawan berhasil menciptakan gol. Belum lagi ditambah dengan terjadinya insiden perkelahian antar pemain. Indra Syafri tetap tenang, fokus dan konsentrasi untuk mengendalikan pemainnya. Pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Dan berkat ketenangan, kegairahan, ketegangan dan kecemasan yang dapat dikendalikan, Indra Syafri dan pasukannya berhasil meraih kemenangan yang didambakan.  

Dinamika sepakbola sebagai olahraga populer di tanah air dan seluruh belahan dunia, tidak akan berhenti karena suatu kejadian. Final Piala AFF U-23 tahun 2023 merupakan sekelumit fakta yang terjadi. Masih banyak masyarakat pecinta sepakbola yang menganut pandangan kegagalan adalah sukses yang tertunda. Sekalipun persaingan semakin ketat diantara negara ASEAN, harapan menjadi juara AFF dan juga event lain senatiasa diharapkan. Sepakbola sudah terlalu lekat dengan kehidupan para pecintanya.

https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/